Wednesday, October 22, 2008

Tinjauan Film


Mongol

Citra Baru Seorang Gengish Khan

Judul Film : Mongol Pemain : Tadanobu Asano, Sun Honglei, Khulan Chuluun, Odnyam Odsuren Sutradara : Sergei Bodrov Produser : Sergei Selyanov, Anton Melnik Penulis : Alif Aliyev dan Sergei Bodrov Genre : Epik Historis

Durasi : 120 menit

Apa yang terbayangkan ketika mendengar nama seorang Gengish Khan? Bengis, imprealis, suka membunuh, merampok, dan banyak deretan sifat buruk lainnya yang bisa digunakan untuk melukis dan mengekplorasi pribadi penguasa daratan Mongolia ini. Bila bayangan anda tentang Gengish Khan seperti ini, berarti tepatlah apa yang dilukiskan dalam sebuah buku yang berjudul The Legend of the Black Arrow karangan sejarawan Lev Gumilev.

Gumilev menggambarkan Gengish Khan persis dengan karakter buruk di atas. Malahan Gumilev menggambarkan Genghis Khan sebagai sosok yang lebih buruk dari semua itu. Melihat gambaran yang kurang obyektif tentang sosok Gengish Khan, mendorong sutradara Rusia Sergei Bodrov terinspirasi untuk membuat film tentang Gengish Khan. Selain karena alasan bisnis, tentu Bodrov pun memiliki alasan idealis untuk memberikan gambaran lengkap mengenai Gengish Khan.

Lantas bagaimana naskah cerita yang ditulis oleh Alif Aliyev dan Sergei Bodrov untuk mengjungkirbalikan stereotip Gengish Khan? Begini ceritanya. Cerita bermula ketika Gengish Khan kecil yang bernama Temudgin (Odnyam Odsuren) berusia 9 tahun, yang dalam tradisi masyarakat Mongol harus sudah menentukan calon istrinya.

Nama Temudgin diambil ayahnya untuk menamakan anaknya, ada cerita tersendiri. Konon nama itu diberikan kepada Gengish Khan kecil ketika ayahnya baru saja membunuh seorang kepala Suku Tartar bernama Temujin. Sang ayah kemudian mengabadikan nama orang itu sebagai nama anak laki-lakinya, baginya itu merupakan perlambang atas kebanggaan karena sudah membunuh seorang kepala suku.

Temudgin dibawa ayahnya untuk memilih salah seorang gadis dari golongan Merkit, tujuannya satu: ayahnya hendak mengadakan ”rekonsiliasi” dengan suku yang dahulu pemimpinnya ia bunuh. Sayang, Temudgin tak patuh pada keinginan ayahnya. Ia menolak keinginan ayahnya untuk dijodohkan, dan dengan tegas ia menetapkan pilihannya kepada seorang gadis yang bernama Borte--anak teman ayahnya. Bagi Temudgin, Borte tak hanya cantik tapi juga memiliki kharisma khas yang dapat memikat hati setiap kaum lelaki. Pilihan Temudgin kepada seorang gadis yang bernama Borte pada awalnya tidak disetujui oleh sang ayah. Karena dirinya telah berjanji untuk menjodohkan Temudgin dengan gadis Merkit, guna memperbaiki hubungan suku yang dipimpinnya karena dendam masa lalu.

Dalam perjalanan, rombongan mereka berhenti di sebuah perkampungan. Di sinilah Temudgin bertemu dengan Borte yang kemudian menjadi istrinya. Keinginan Temudgin ini membuat marah Ensugei. Namun akhirnya Ensugei mengabulkan permintaan Temudgin. Maka perjodohan pun dilangsungkan. Kedua keluarga berjanji akan bertemu 5 tahun.

Dari sinilah mulai bermunculan musuh-musuh yang menginginkan kematian Temudgin. Terutama Targutai (Amadu Mamadakov), penghkianat yang merampas seluruh harta yang dimiliki Temudgin, setelah ayahnya meninggal. Secara adat, posisi ayahnya yang sudah mati harus digantikan oleh Temudgin. Tapi sayang, aturan ini tak berjalan lancar. Sejumlah pihak berambisi untuk mendapatkan posisi Khan ini. Dan salah satu caranya adalah dengan membunuh atau menyingkirkan Temudgin, yang merupakan pewaris langsung. Salah seorang yang amat berambisi untuk mendapatkan gelar Khan ini adalah Targutai. Perebutan tahta untuk menjadi seorang Khan, membuat Targutai harus membunuh Temudgin. Berkali-kali Temudgin harus melarikan diri dari kejaran Targutai. Dan diselamatkan oleh Jamukha, yang kemudian menjadi saudara angkatnya.

Menginjak dewasa, Temudgin (Tadanobu Asano) yang berhasil melarikan diri dari pasungan Targutai, berniat untuk mempersunting gadis pilihannya, Borte. Borte adalah wanita yang sangat setia dan mencintai Temudgin sejak pandangan pertama. Berbagai usaha dilakukannya untuk menyelamatkan nyawa sang suami. Bahkan Borte lebih memilih mengorbankan dirinya ketika salah seorang dari suku Merkit ingin menuntaskan dendam lama dengan ayah Temudgin, dengan menculik Borte.

Untuk menghindari ancaman maut, akhirnya Temudgin terpaksa berkelana seorang diri di gurun yang luas. Dalam masa-masa inilah Temudgin dibentuk oleh kerasnya alam dan kehidupan di gurun yang ganas. Temudgin tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan akhirnya sanggup memimpin tentaranya untuk menguasai hampir seluruh benua Asia bahkan sampai ke Rusia. Pertemuannya kembali dengan Borte yang kemudian istrinya menempatkan wanita ini pada posisi sebagai pendamping sekaligus penasehat pribadi Temudgin.

Inilah awal dari sutradara asal Rusia Sergei Bodrov mulai mempertontonkan aksi perang Temudgin yang menegangkan. Mulai dari merebut kembali Borte dari suku Merkit dengan meminta bantuan Jamukha, hingga melawan saudaranya sendiri Jamukha. Latar yang dipilih Bodrov untuk memvisualisasikan tempat kejayaan Temudgin dalam menaklukkan musuh-musuhnya di tanah kelahiran Genghis Khan, Mongol, mampu menciptakan suasana yang membuat film ini benar-benar berada di masa-masa perjuangan dan kejayaan Temudgin.

Gurun sahara, hamparan rumput hijau, dan lautan salju membuat film produksi tiga negara -Kazakhstan, Rusia, Jerman- ini sungguh memukau. Alur cerita yang dipilih Bodrov dengan tidak menjelaskan secara detil pada beberapa cerita, membuat penonton harus menentukan sendiri bagian cerita yang menggantung.

Meskipun begitu, film ini wajib ditonton. Selain bisa untuk mengenal sejarah dan kebudayaan Mongol, juga karena film mendapat nominasi film asing terbaik pada ajang Academy Awards 2008 walau pun pada akhirnya gagal.***

1 comment:

Kaylamartya said...

wah, filmnya bagus ya atau jangan-jangan hanya resensinya yang bagus. top abis deh tulisannya, layak masuk resensi majalah tempo.